Rabu, 07 November 2012

HARAPAN (HOPE)


Harapan saya setelah anda membaca blog ini bisa bermanfaat bagi anda , dan saya harap juga supaya anda saling menghargai hasil karya seseorang dengan menyukai atau mengkomen blog karya orang lain meskipun copas .. hehe 

Terima kasih telah berkunjung di blog yang apa adanya ini :)

My hope after you read this blog can be useful for you, and I hope that you respect the work of someone with a like or mengkomen blog copy and paste someone else's work though .. hehe

Thank you for visiting this blog what it is :)

Minggu, 04 November 2012

Ojo Golek Jenang, Tapi Goleko Jeneng

Oleh: Diantika PW
"Goleko jeneng nembe jenang..."

PEPATAH
Jawa ini sempat dipopulerkan Si Juru Kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan. Ungkapan yang dilontarkan Mbah Maridjan kala itu dimaksudkan untuk menyindir para politisi yang ingin berkuasa, tetapi belum populer di masyarakat. Jenang diartikan sebagai simbol kekuasaan, sedangkan jeneng simbol dari popularitas.
imagePepatah kuno tersebut pun sebenarnya menjadi sebuah kiasan nasehat, bahwa untuk memperoleh rejeki (pekerjaan) orang harus bisa menjaga nama baik terlebih dahulu. Tak hanya mementingkan hasil, tetapi harus menunjukkan kinerjanya terlebih dahulu. Sebagaimana tertulis dalam Kitab Jaya Baya yang menggambarkan keburukan sifat sebagian besar manusia di zaman ini, "Akeh manungsa mung ngutamakke dhuwit."
Setelah kewajiban dikerjakannya, dengan sendirinya 'jenang' itu akan didapatkan. Namun jika manusia itu tidak berusaha meraih prestasinya secara maksimal, maka sebaiknya juga tidak perlu mengharapkan sepotong 'jenang' legit tersebut. Artian jenang ini pun luas, bisa saja berbentuk pendapatan maupun kompensasi dari nilai kerjanya.

Bangsa Kita Kaya Suket Garing




image
Dening MM Bhoernomo
Sadurungi tilar donya, WS Rendra tau menehi pamawas yen bangsa kita kaya dene suket garing; gampang kobong. Paribasane kepletikan mawa rokok wae bisa kobong. Lan yen wis kobong, njur gampang mremen saengga bakal ngobong samubarang.
KAYA
mengkono kahanan sing wis nyata. Meh saben dina ana kasus tawuran utawa obong-obongan sing akibate nggegirisi, kaya sing kedadeyan ing Sampang (Madura) lan dhaerah liya. Wis akeh sing mati jalaran tawuran. Malah uga ana sing mati senajan ora melu tawuran, nanging lagi apes jalaran nalika ana tawuran ora bisa mlayu nylametake awak.

Sabtu, 03 November 2012

Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Hasilkan Sejumlah Besar Emisi Karbon Dioksida

Senin, 8 Oktober 2012 - Produksi minyak kelapa sawit yang berkelanjutan akan memerlukan evaluasi ulang terhadap pemberian kontrak sewa lahan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di atas lahan hutan.

Pengembangan produksi kelapa sawit di pulau Kalimantan telah mengakibatkan kerusakan hutan dan pelepasan emisi karbon dioksida secara besar-besaran, demikian hasil studi di bawah pimpinan para peneliti dari Universitas Stanford dan Universitas Yale.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change ini menunjukkan bahwa pengundulan hutan untuk pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, Indonesia, menjadi sumber emisi karbon dioksida global yang signifikan.
Ekspansi perkebunan kelapa sawit diperkirakan akan menyumbang lebih dari 558 juta metrik ton karbon dioksida ke atmosfir di tahun 2020 — jumlah yang lebih besar dari keseluruhan emisi bahan bakar fosil di Kanada belakangan ini.

Kapas Penyeka Terbukti Bermasalah bagi Kesehatan Telinga

Minggu, 28 Oktober 2012 - Sebuah studi yang dilakukan Rumah Sakit Henry Ford menunjukkan asosiasi langsung antara penggunaan kapas penyeka dengan gendang telinga yang terluka.

“Di masa lalu, banyak ahli otolaringologi bertanya apakah pembedahan memang diperlukan untuk merawat gendang telinga yang sobek. Hasil dari studi ini menunjukkan kalau 97 persen kasus sembuh dengan sendirinya dalam dua bulan, membuktikan kalau sebagian besar kasus tidak membutuhkan pembedahan,” kata   Ilaaf Darrat, M.D., seorang ahli otolaringologi dari Rumah Sakit Henry Ford dan pengarang studi ini.
 Studi ini disajikan tanggal 29 April 2011 dalam  Combined Otolaryngology Spring Meeting Chicago.

Spirit Islam untuk Kewirausahaan

Nilai-nilai kewirausahaan tercantum dalam Al-Qur’an, demikian juga dalam teladan Nabi serta sahabat. Tidak kurang terdapat 41 dari 114 surah dalam Al-Qur’an yang menyinggung kata rezeki, termasuk amalan-amalan lainya seperti tijarah, barakah, infak, shadaqah,sharikah, bahkan riba yang memberikan spirit kewirausahaan untuk meraih keuntungan, kemuliaan dan keberkaha...
n.

Pada saat yang lain, Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, ”Hendaklah kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90% pintu rezeki.” (HR Ahmad bin Hambal). Nabi juga pernah bersabda tentang hal yang sama, ”Sesungguhnya, sebaik-sebaik mata pencarian adalah seorang pedagang.” (HR Baihaqy). Walhasil, being entrepreneur dalam Islam merupakan kewajiban yang menjadi ibadah bagi pelakunya. Bahkan, bekerja atau berwirausaha menjadi salah satu ciri orang yang beriman.

Komputer Hybrid

Komputer Hybrid adalah jenis Komputer yang diperuntukkan untuk pengolahan data yang sifatnya baik kuantitatif maupun kualitatif, atau dengan istilah lain menggabungkan kemampuan digital dengan analog. Dengan perkataan lain data kuantitatif yang diolah menghasilkan data kualitatifnya dan sebaliknya.
Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Semoga Bermanfaat
Zainal Hakim
Baca juga :

Control Panel

The Control Panel is a part of the Microsoft Windows graphical user interface which allows users to view and manipulate basic system settings and controls via applets, such as adding hardware, adding and removing software, controlling user accounts, and changing accessibility options. Additional applets can be provided by third party software.
The Control Panel has been an inherent part of the Microsoft Windows operating system since Windows 2.0,[1] with many of the current applets being added in later versions. Beginning with Windows 95, the Control Panel is implemented as a special folder, i.e. the folder does not physically exist, but only contains shortcuts to various applets such as Add or Remove Programs and Internet Options. Physically, these applets are stored as .cpl files. For example, the Add or Remove Programs applet is stored under the name appwiz.cpl in the SYSTEM32 folder.

Start Menu

The Start menu and Start Button are user interface elements used in the later versions of the Microsoft Windows operating systems and in some X window managers. The Start Button provides a central launching point for application and tasks.
On Windows operating systems before Windows Vista, the Start Button consists of the word "Start" and the Windows Logo (the word "Start" was localized for each different language version of the system, for instance reading Avvio in Italian). On the Windows Vista and Windows 7 desktop, the word "Start" has been replaced by a blue Windows "orb" logo.[1] However the user can revert to displaying the word "Start" and the Windows Logo by setting the theme to Windows Classic.

Menulis Esai: Dasar

Menulis sebuah esai atau makalah, tanpa mempedulikan topiknya, adalah sebuah proses:
  • Bangun dan definisikan topikmu
    Tuliskan tema atau topik utama esaimu dalam satu atau dua kalimat paling banyak.
  • Tentukan pembaca esaimu
    Apakah yang membaca esaimu adalah dosen yang memberi nilai atau asisten dosen?
    Teman sekelasmu yang akan memberikan kritikan? Sekelompok profesional untuk review?
    Sekelompok profesional untuk review?
    Ingatlah akan pembaca ini selama kamu menulis esai
  • Rencanakan kurun waktu
    Buat suatu kurun waktu penulisan esai, dan antisipasi adanya perkembangan topik esaimu dan revisi. Seringkali suatu esai yang sempurna adalah esai yang direvisi setelah selesai dibuat.
  • Kumpulkan bahan-bahan
    Orang:
    dosen, asisten dosen, pustakawan, ahli dalam bidang, profesional
    Referensi: buku teks, rekomendasi kerja, web site, majalah, buku harian, laporan profesional
  • Riset: baca, wanwancara, eksperimen, kumpul data-data, dll. dan catat selengkap mungkin. Gunakan kartu indek atau word processing.
  • Organisasi catatanmu dengan menulis dahulu di kertas lain:
    fokus pada bebas menulis, petaan, and/atau garis besarnya.
  • Buatlah esai pertamamu (rough draft)Tentukan bagaimana kamu mengembangkan argumentasi: Gunakan logika yang baik dalam argumentasi untuk membantu mengembangkan tema dan/atau mendukung tema. Apakah kamu akan membuat perbandingan atau definisi? Apakah kamu akan mengfritik atau menjelaskan? Lihat definisi istilah-istilah esai di situs Pedoman Belajar.
Paragraf pertama
  • Kenalkan topikmu!
  • Beritahukan pandanganmu kepada pembaca!
  • Rangsang pembaca menyelesaikan membaca esaimu!
  • Fokuskan pada tiga poin untuk kemudian
Paragraf pertama biasanya paling sulit dikerjakan. Bila kamu menemui masalah, biarkanlah dan usahakan untuk menulisnya ulang nanti, bahkan setelah kamu selesai mengerjakan paragraf terakhir. Akan tetapi perlu diingat bahwa paragraf pertamalah yang menarik perhatian pembaca ke topik dan pendapatmu, serta penting untuk membuat mereka membaca esaimu sampai selesai.he first paragraph is often the most difficult to write.
Isi Esai
  • Bangunlah alur isi esai dari satu paragraf ke paragraf yang lainnya
    • Kalimat transisi, klausa, atau kata-kata pada awal paragraf menghubungkan ide pikiran ke ide lainnya.
      (Lihatlah kata & frasa transisi)
    • Kalimat-kalimat pokok, juga terdapat pada awal setiap paragraf, menjelaskan ide yang termuat di dalamnya sesuai dengan konteks esai keseluruhan.
    • Hindari satu atau dua paragraf yang mungkin menunjukkan kurang dikembangkannya poinmu.
  • Tulis dengan kalimat-kalimat aktif
    • "Panitia Akademis memutuskan ..." bukan "Telah diputuskan oleh ..."
    • Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" untuk presentasi yang jelas, dinamis dan efektif.
      (Hindari pemakaian kata kerja "menjadi" dan presentasimu efektif, jelas dan dinamis.)
    • Menghindari "menjadi" berarti penggunaan kalimat pasif akan berkurang.
  • Gunakan kutipan untuk mendukung pandanganmu
    • Kutiplah dan jelaskan secara tepat setiap ungkapan yang dipakai.
    • Gunakan kutipan dengan gaya blok atau indented secara terpisah karena mereka dapat merusak alur isi esaimu.
  • Buktikan setiap poin pendapatmu secara berkesinambungan dari awal sampai akhir esai
    • Jangan meninggalkan fokus utama esaimu.
    • Jangan langsung meringkas pada isi esaimu. Tunggu sampai pada paragraf kesimpulan.
Kesimpulan
  • Baca paragraf pertama dan isi esaimu dulu
  • Ringkas, kemudian simpulkan argumentasimu
  • Tinjau kembali (sekali lagi) pada paragraf pertama sekaligus isi esai. Apakah paragraf terakhir:
    • menyatakan ulang tema utama secara singkat?
    • merefleksikan keberhasilan dan pentingnya argumentasi yang ada pada isi esai?
    • menyimpulkan isi esai secara logika?
  • Edit/tulis ulang paragraf pertama
    Hal ini dapat membuat isi dan kesimpulan esaimu lebih baik.
Ambil satu atau dua hari libur!
Baca kembali esaimu dengan pikiran yang segar dan pensil yang runcing
Edit, koreksi dan tulis ulang bila diperlukan
Kumpulkan esaimu
Rayakan pekerjaan yang telah kamu selesaikan dengan baik
(kamu harus percaya ini!).
Kalimat terakhir di atas ini sangat penting.
 
sumber : http://www.studygs.net/indon/wrtstr1.htm

Jumat, 02 November 2012

Belajar Bahasa Asing Membuat Otak Bertumbuh

Selasa, 9 Oktober 2012 - Bagian-bagian otak yang mengalami pertambahan ukuran adalah hippocampus serta tiga area di dalam korteks cerebral.

Di Akademi Interpreter Angkatan Bersenjata Swedia, para rekrutan muda mempelajari bahasa baru dalam waktu yang sangat cepat. Dengan mengukur otak mereka sebelum dan sesudah pelatihan bahasa, sekelompok peneliti memiliki peluang yang hampir unik untuk mengamati apa yang terjadi pada otak ketika kita mempelajari bahasa baru dalam waktu singkat.
Pada Akademi Interpreter Angkatan Bersenjata Swedia di kota Uppsala, para pemuda yang berbakat dalam hal bahasa berawal dari ketidakmampuan berbahasa asing, seperti bahasa Arab, Rusia atau Dari, hingga menjadi lancar berbahasa asing hanya dalam jangka waktu 13 bulan. Dari pagi hingga sore, berhari-hari dan berminggu-minggu, para rekrutan ini belajar pada tingkat kecepatan yang tidak terdapat di tempat kursus lainnya.
Para peneliti menggunakan para mahasiswa di bidang kedokteran dan ilmu kognisi dari Universitas Umeå sebagai kelompok kontrol; para mahasiswa ini yang juga belajar keras tapi bukan mempelajari bahasa asing. Kedua kelompok, kontrol maupun bahasa, kemudian diberikan pemindaian MRI sebelum dan sesudah masa belajar selama tiga periode.
Hasilnya, struktur otak pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan, sedangkan bagian otak tertentu pada kelompok bahasa justru mengalami pertumbuhan. Bagian-bagian otak yang mengalami pertambahan ukuran adalah hippocampus — sebuah struktur di kedalaman otak yang terlibat dalam pembelajaran materi baru dan navigasi spasial — serta tiga area di dalam korteks cerebral.
“Kami terkejut bahwa bagian-bagian otak yang berbeda berkembang ke dalam derajat yang berbeda tergantung pada seberapa baik siswa menjalaninya dan seberapa besar upaya yang dilakukan dalam mengikuti kursus,” kata Johan MÃ¥rtensson, seorang peneliti psikologi asal Universitas Lund, Swedia.
Para siswa yang mengalami pertumbuhan lebih besar pada hippocampus dan area-area korteks cerebral, terkait dengan pembelajaran bahasa (girus temporal superior), selanjutnya memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik dibanding siswa lainnya. Pada siswa ini mengalami pertumbuhan pada wilayah motor korteks cerebral (girus frontal tengah), dan pada waktu selanjutnya memberi kemudahan bagi mereka dalam mempelajari bahasa serta berbagai pengembangan sesuai dengan kinerjanya.
“Sekalipun kami tidak bisa membandingkan studi bahasa intensif selama tiga bulan ini dengan menjadi bilingual dalam seumur hidup, ada banyak hal yang menunjukkan bahwa belajar bahasa asing merupakan cara yang baik dalam mempertahankan bentuk otak,” kata MÃ¥rtensson.

sumber : Universitas Lund / http://www.faktailmiah.com/2012/10/09/belajar-bahasa-asing-membuat-otak-bertumbuh.html
Jurnal: Johan Mårtensson, Johan Eriksson, Nils Christian Bodammer, Magnus Lindgren, Mikael Johansson, Lars Nyberg, Martin Lövdén. Growth of language-related brain areas after foreign language learning. NeuroImage, 2012; 63 (1): 240 DOI: 10.1016/j.neuroimage.2012.06.043

Menembus batas Fisika klasik: Sifat Mekanika Kuantum Cahaya ditunjukkan


Minggu, 28 Oktober 2012 - Dengan argumentasi sederhana, para peneliti menunjukkan kalau alam itu rumit! Para peneliti dari lembaga Niels Bohr membuat eksperimen sederhana yang menunjukkan kalau alam melanggar akal sehat – dunia berbeda dari sebagian besar orang percaya.


Hasil ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah   Physical Review Letters.
Dalam fisika ada dua kategori: fisika klasik dan fisika kuantum. Dalam fisika klasik, objek misalnya mobil atau bola, memiliki posisi dan kecepatan. Ini bagaimana kita secara klasik melihat dunia kita sehari-hari. Di dunia kuantum, benda dapat juga memiliki posisi dan kecepatan, namun tidak di saat yang sama. Bukan semata karena kita tidak tahu posisi dan kecepatan, tapi, kedua hal ini memang tidak dapat ada secara bersamaan. Namun bagaimana kita tahu kalau mereka tidak ada secara serempak? Dan dimana perbatasan dari kedua dunia ini? Para peneliti telah menemukan cara baru menjawab pertanyaan ini.
Cahaya pada mekanika kuantum
“Tujuan kami adalah memakai mekanika kuantum dengan cara baru. Karenanya penting bagi kita untuk tahu kalau sebuah sistem memang berperilaku yang tidak dapat memiliki penjelasan klasik. Pada sisi ini, kami pertama kali memeriksa cahaya,” kata Eran Kot, mahasiswa PhD di tim peneliti, Quantum Optics di Niels Bohr Institute University of Copenhagen.
Berdasarkan sederetan eksperimen di lab optika kuantum, mereka memeriksa keadaan cahaya. Dalam fisika klasik, cahaya memiliki medan listrik dan medan magnet sekaligus.
“Apa yang ditunjukkan oleh studi kami adalah cahaya dapat memiliki medan magnet dan medan listrik, namun tidak secara bersamaan. Kami kemudian memberi bukti sederhana kalau eksperimen memecah prinsip klasik. Dapat dikatakan kalau kami menunjukkan kalau cahaya memiliki sifat kuantum, dan kita dapat memperluas ini pada sistem lain juga,” kata Eran Kot.
Mekanika klasik dan non-klasik
Tujuan penelitian ini adalah memahami dunia secara mendasar, namun ada juga tantangan praktis untuk mengeksploitasi mekanika kuantum dalam konteks yang lebih luas. Bagi cahaya tidaklah mengejutkan kalau ia berperilaku mekanis kuantum, namun metode lain juga sedang dikembangkan untuk mempelajari sistem lain.
“Kami berusaha mengembangkan komputer kuantum masa depan dan kami karenanya perlu memahami batasan dimana sesuatu berperilaku mekanis kuantum dan kapan ia berperilaku mekanis klasik,” kata profesor fisika kuantum, Anders S Sorensen, menjelaskan kalau komputasi kuantum harusnya tersusun dari sistem-sistem dengan sifat non klasik.
Sumber berita: University of Copenhagen.
Referensi jurnal:
Eran Kot, Niels Grønbech-Jensen, Bo M. Nielsen, Jonas S. Neergaard-Nielsen, Eugene S. Polzik and Anders S. Sørensen. Breakdown of the Classical Description of a Local System. Phys. Rev. Lett., 2012 DOI: 10.1103/PhysRevLett.108.233601

Serangan Laba-Laba Purba Terlestarikan dalam Amber

 

Minggu, 28 Oktober 2012 - Para peneliti telah menemukan apa yang mereka sebut sebagai satu-satunya fosil yang pernah ditemukan dari serangan seekor laba-laba pada mangsanya yang terperangkap jaringnya – sebuah potret berusia 100 juta tahun dari sebuah peristiwa yang terbekukan oleh waktu.


Fosil yang sangat langka ini adalah sebuah amber yang melestarikan peristiwa ini dengan detail, sebuah peristiwa yang terjadi di Lembah Hukawng Myanmar di zaman Kapur Awal antara 97-110 juta tahun lalu, hampir pasti sejaman dengan para dinosaurus yang bergerak di sekitarnya.
 Selain menunjukkan bukti fosil pertama dan satu-satunya mengenai seekor laba-laba yang menyerang mangsanya di jaringnya, amber ini juga menunjukkan jasad laba-laba jantan di jaring yang sama. Ini menjadi bukti tertua perilaku sosial laba-laba, yang masih ada dalam beberapa spesies yang relatif langka. Sebagian besar laba-laba bersifat soliter, bahkan kanibal, dan jantannya tidak akan ragu menyerang spesies muda di jaring yang sama.
 “Laba-laba kecil ini akan memakan seekor tawon parasit kecil, namun tidak pernah mencapainya,” kata  George Poinar, Jr., profesor zoologi di  Oregon State University dan pakar dunia mengenai serangga yang terjebak di amber. Ia menggariskan temuan ini dalam sebuah publikasi baru di jurnal  Historical Biology.
“Ini adalah seekor tawon jantan yang mendadak terjebak dalam jaring laba-laba,” kata Poinar. “Ini adalah mimpi buruk bagi sang tawon, dan tidak pernah berakhir. Tawon ini melihat laba-laba akan menyerangnya ketika getah pohon mengalir dan memerangkap mereka berdua.”
 Laba-laba adalah invertebrata purba yang diyakini para peneliti berasal dari 200 juta tahun lalu, namun bukti fosil tertua laba-laba hanya berusia 130 juta tahun. Serangan aktual antara laba-laba dan mangsanya ini belum pernah terekam dalam fosil sebelumnya, kata para peneliti.
 Getah pohon yang membentuk amber dikenal atas kemampuannya mengalir pada serangga, tanaman kecil, dan bentuk kehidupan lainnya, melestarikan mereka hampir sempurna sebelum ia berubah menjadi batu setengah mulia. Ia sering memberikan gambaran biologi masa lalu pada para ilmuan. Laba-laba ini, yang dapat menunggu dengan sabar selama berjam-jam untuk menangkap mangsa, tersiram oleh getah hanya sepersekian detik sebelum ia menyerang.
 Tipe tawon ini, kata Poinar, merupakan anggota kelompok yang dikenal sekarang menjadi parasit laba-laba dan telur serangga. Dalam konteks tersebut, serangan laba-laba dapat dipandang sebagai balas dendam.
 Baik laba-laba maupun tawon ini merupakan anggota genera yang telah punah dan dijelaskan dalam makalah ini. Setidaknya 15 untai sutera laba-laba tak putus ditemukan dalam potongan amber, dan sebagian darinya merupakan penjebak sang tawon.
 Matanya yang besar dan mungkin ketakutan sekarang menatap abadi pada penyerangnya, bergerak untuk membunuhnya.
Sumber berita:
Referensi jurnal:
George Poinar, Ron Buckley. Predatory behaviour of the social orb-weaver spider, Geratonephila burmanica n. gen., n. sp. (Araneae: Nephilidae) with its wasp prey, Cascoscelio incassus n. gen., n. sp. (Hymenoptera: Platygastridae) in Early Cretaceous Burmese amber. Historical Biology, 2011; DOI: 10.1080/08912963.2011.640399

BIOGRAFI TOKOH

James Gosling

Author: · Published: March 20, 2012 · Category: Tokoh Teknologi Informasi
Yuafanda Kholfi Hartono
James Gosling O.C., Ph.D adalah seorang pengembang perangkat lunak, yang terkenal terutama sebagai bapak bahasa pemograman Java. Ia lahir di dekat Calgary, Alberta, Kanada, 19 Mei 1955  (56 tahun)
Java adalah bahasa pemrograman dan perangkat yang  diciptakan oleh James Gosling dan teman-temannya  pada tahun 1994. Java pada awalnya diberi nama Oak dan dikembangkan sebagai bagian dari Green Project  di Perusahaan Sun. Penulisan Java dimulai pada Desember 1990. Patrick Naughton, Mike Sheridan, dan James Gosling berusaha untuk mencari tahu “gelombang selanjutnya” dalam ilmu komputasi.
Nama Oak, diambil dari pohon oak yang tumbuh di depan jendela ruangan kerja “Bapak Java”, James Gosling. Nama Oak ini tidak dipakai untuk versi release Java karena sebuah perangkat lunak lain sudah terdaftar dengan merek dagang tersebut, sehingga diambil nama penggantinya menjadi “Java”. Nama ini diambil dari kopi murni yang digiling langsung dari biji (kopi tubruk) kesukaan Gosling. Konon kopi ini berasal dari Pulau Jawa. Jadi nama bahasa pemrograman Java tidak lain berasal dari kata Jawa (bahasa Inggris untuk Jawa adalah Java).
Download Tulisan Lengkap:  Yuafanda-James_Gosling.pdf
(Visited 2,472 times, 29 visits today)

sumber :  http://ilmukomputer.org/2012/03/20/james-gosling/

WACANA SISWA


RENDAHNYA SOPAN SANTUN SISWA DI SEKOLAH
Sikap sopan santun yang merupakan budaya leluhur kita dewasa ini telah dilupakan oleh sebagian orang. Sikap sopan santun yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hormat menghormati sesama, yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menghargai yang muda tidak lagi kelihatan dalam kehidupan yang serba modern ini. Hilangnya sikap sopan santun sebagaian siswa merupakan salah satu dari sekian penyebab kurang terbentuknya karakter. Tidak terpeliharanya sikap sopan dan santun ini dapat berdampak negatif terhadap budaya bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kehidupan yang beradab.
Sejumlah pertanyaan muncul mengapa anak-anak sekarang menjadi anak yang tidak memiliki sikap sopan santun tersebut? Sebagian anak remaja mulai berani kepada orang tua, berani kepada gurunya, bila diberi nasehat berani membantah bahkan mungkin berani menantang pada orang yang menasehati. Sikap-sikap seperti ini banyak kita temui pada anak remaja. Kondisi ini menunjukkan bahwa sekolah hanya menghasilkan siswa yang memiliki intelektual yang tinggi namun tidak memiliki karakter yang ditunjukkan oleh kurangya akhlak mulia yang dimilikinya.
Strategi pembudayaan sopan santun ini tentu dapat diawali di rumah, dan dilanjutkan di sekolah. Peran orang tua maupun wali murid serta guru, koordinasi dan kerja sama antara orang tua dan guru serta sekolah dan kaitannya peran guru bimbingan dan penyuluhan, guru agama dan guru pendidikan moral pancasila sangatlah penting.
Pembudayaan sikap sopan santun di sekolah dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
  1. Peran sekolah dalam membiasakan sikap sopan santun dapat dilakukan dengan memberikan contoh sikap sopan dan santun yang ditunjukkan oleh guru. Siswa sebagai pembelajar dapat menggunakan guru sebagai model. Dengan contoh atau model dari guru ini siswa dengan mudah dapat meniru sehingga guru dapat dengan mudah menananmkan sikap sopan santun.
  2. Guru dapat sekalu mengitegrasikan perilakuk sopan santun ini dalam setiap mata pelajaran, sehingga tanggungjawab perkembangan anak didik tidak hanya menjadi beban guru agama, pendidikan kewarganegaraan, dan guru BP.
  3. Guru agama, guru pendidikan kewarganegaraan dan guru BP dapat melakukan pembiasaan yang dikaitkan dalam penilain secara afektif. Penilaian pencapain kompetensi dalam 3 mata pelajaran ini hendaknya difokuskan pada pencapain kompetensi afektif. Kompetensi kognitif hanya sebagai pendukung mengusaan secara afektif.
  4. Guru seni budaya dapat membantu pembiasaan sopan santun melalui pembelajaran dalam gerakan tari yang memilki nilai nilai posistif dalam budaya jawa.

Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Ujian / Ulangan Pelajaran Sekolah Bagi Siswa SD, SMP, SMA Serta Mahasiswa

Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.
Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, amin.

sumber : http://smpn6batang.wordpress.com/wacana-siswa/

Fakta Ahmadiyah << elraihany

Fakta, Inilah Isi Doktrin Sesat Kitab Suci Ahmadiyah…
Beginilah isi Doktrin Sesat Kitab Suci Ahmadiyah, Jemaat Ahmadiyah memiliki kitab suci bernama Tadzkirah. Buku ini berisi mimpi-mimpi dan khayalan Mirza Ghulam Ahmad yang dicatat dan dikumpulkan menjadi buku. Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah telah mengkaji buku ini dan sepakat menyimpulkan bahwa Ahmadiyah adalah organisasi sesat dan menyesatkan.
Umat Islam Indonesia melakukan penyerangan terhadap komunitas Ahmadiyah di beberapa wilayah dikarenakan fatwa MUI tersebut. Namun tak banyak dari mereka mengetahui apa saja bukti kesesatan Ahmadiyah selain pengakuan memiliki Nabi baru yaitu Mirza Ghulam Ahmad.
Berikut ini adalah beberapa isi Tadzkirah, kitab suci Ahmadiyah yang menunjukkan ajaran kesesatan sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.
1. Ahmadiyah menghina Allah, dengann mengaku sebagai anak Allah: “Engkau (Mirza Ghulam Ahmad) di sisi-Ku seperti kedudukan anak-anak-Ku, Engkau dari Aku dan Aku dari Engkau.” (Tadzkirah hal 436).
2. Mirza Ghulam Ahmad meyakini menyatu dengan Allah: “Maka Aku melihat bahwa roh-Nya meliputiku dan bersemayam (berada) di badanku dan mengurungku dalam lingkungan keberadaan-Nya, sehingga tidak tersisa dariku satu (atom) pun. Dan aku melihat badanku, ternyata anggota badan-Nya Allah, dan mata-Nya adalah matanya Allah, & lidahnya adalah lidah-Nya pula.” (Tadzkirah hal 196).
3. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sederajat dgn ke-Esa-an Allah: “Wahai Ahmad-Ku, Engkau adalah tujuan-Ku, kedudukan-Mu di sisi-Ku sederajat dengan ke-Maha-Esaan-Ku, Engkau terhormat pada pandangan-Ku.” (Tadzkirah, hal 579)
4. Mirza Ghulam Ahmad mengaku lebih sempurna dari Allah: “Nama Mirza Ghulam Ahmad sangat sempurna, sedang nama Allah tidak sempurna
5. Ahmadiyah mengkafirkan umat Islam yang bukan non-Ahmadiyah: “Bahwa Allah telah memberi kabar kepadanya, sesungguhnya orang yang tidak mengikutimu dan tidak berbaiat padamu dan tetap menentang kepadamu, dia itu adalah orang yang durhaka kepada Allah dan rasul-Nya dan termasuk penghuni Neraka jahim”. (Tadzkirah, hal 342).
6. Jemaat Ahmadiyah tak boleh salat dengan non-Ahmadiyah: “Sesungguhnya Allah telah menjelaskan padaku, bahwa setiap orang yang telah sampai padanya dakwahku kemudian dia tidak menerimaku, maka dia bukanlah seorang Muslim dan berhak mendapatkan siksa Allah.” (Tadzkirah, hal 600).
7. Ahmadiyah mengklaim Tadzkirah sebagai kitab suci yang paling benar: “Sesungghuhnya kami telah menurunkan kitab suci Tadzkirah ini dekat dengan Qadhian (India). Dan dengan kebenaran kami menurunkannya dan dengan kebenaran dia turun.” (Tadzkirah, hal 637).
8. Mirza Ghulam Ahmad mengaku sebagai Rasulullah: “Dan katakanlah, Hai manusia sesungguhnya saya rasul Allah kepada kamu sekalian.”
Isi Doktrin di atas belum di tulis sepenuhnya di sini. Dan ini hanya sebagian kecil saja…. Semoga ini bisa membuka mata hati kita untuk membdakan mana yang benar dan salah.

 .:. Source :

RABBIT PROOF FENCE - TRUE STORY

RABBIT – PROOF FENCE

Imagine that you have to survive in the bush, hiding there for a long time. No place for you to take shelter. Without mom and dad or your family. How can you survive that situation? Doris Pilkington Garimara, the author of this book, represented what happened to her mother (Molly Kelly) and aunty’s children (Gracie and Daisy) in 1907-1931, in Australia. Doris was born in Balfour Downs Station about 60km northwest of Jigalong in the East Pilbara district. She published her writings Follow the Rabbit-Proof Fence in 1996, which was produced a movie Rabbit-Proof Fence in 2002, directed by Philip Noyce.
The Rabbit-Proof Fence is adopted from true story. In this story, there are three main characters, Molly (Doris’s Mother); Gracie and Daisy (Doris aunty’s children). They are the children of Aboriginal mothers and white fathers. Molly is the oldest one (14 years old). She is a brave and tough girl who loves and cares her sister so much. Another character is Gracie (10 years old) is an obedient girl who always helps her sisters. She isn’t as patient as Molly. The last main character is Daisy (8 years old) who is the youngest. She has a kind heart, clever, and always charms her sister when they were down.
                The story was started. One law in the early 1900s was about mixed-race children, or ‘half-castes’ as they were called at that time. This law said that these children (of Aboriginal mothers and white fathers) should be taken away from their families and sent to government or church settlements, to be trained to become servants and farm workers. Molly, Gracie and Daisy were three half-caste girls at Jigalong. Then, they were taken away from their families and sent to the Moore River Settlement. But they escaped and walked home, 1600km across Western Australia. They escaped because they weren’t feel comfortable with the settlement life. For them, that’s like a prison. They are tried to back home, its about 3-4 month. They has to living in the bush, stepped carefully from stone to stone, keep walking between 25-30 km a day, and made friendship with heat. In the middle of journey, they found the rabbit-proof fence. It was a great moment in the long walk to found a landmark to back home. Then, they followed that fence. But, they also has to losing Gracie. Because she can’t walk anymore and prefer to back home with foreign person who ask her to Wiluna (her mummy place) by train. Finally, after several days, Molly and Daisy arrived in Jigalong, they long journey has finished. But Gracie, she was caught at Wiluna. When she arrived, her mother was not there. So, she was sent back to Moore River.
                This story teach us about patience, courage and persistence. Firstly, patience. With patience, our live could be happier and full peaceness. Because, in our religion, Allah is together with patient people. Secondly, courage. Some fact said that the brave people are better than strong people. And the last, persistence. Its colour of our struggle in our life. Molly and her sister with their persistence succeeded back to home after walked between 3-4 month.
After read this story, I feel get the new spirit. In my opinion, The Rabbit-Proof Fence is a great story. I can learn much of moral value. Doris Pilkington as a writer of this story was success for bring the reader to feel what Molly and sisters were feel. So, I think, my decision to choose this book for my Book Report is right. Because, Doris’s diction is understandable. I think, you’ll also interested to read this book, you have to read it.. ^_^

sumber :  http://elraihany.wordpress.com/category/uncategorized/

Artikel Psikologi Pendidikan

Pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Sedangkan Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Dari batasan di atas terlihat adanya kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.


Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya tindakan-tindakan belajar secara efektif.

Mendorong Tindakan-tindakan Belajar
Demikian juga, subjek didik sering dipersepsikan sebagai sosok yang bertugas mengkonsumsi informasi-informasi dan pengetahuan yang disampaikan pendidik. Semakin banyak informasi pengetahuan yang mereka serap atau simpan semakin baik nilai yang mereka peroleh, dan akan semakin besar pula pengakuan yag mereka dapatkan sebagai individu terdidik.

Fungsi pendidik menjejalkan informasi pengetahuan sebanyak-banyakya kepada subjek didik dan fungsi subjek didik menyerap dan mengingat-ingat keseluruhan informasi itu, semakin tidak relevan lagi mengingat bahwa pengetahuan itu sendiri adalah sesuatu yang dinamis dan tidak terbatas. Dengan kata lain, pengetahuan-pengetahuan (yang dalam perasaan dan pikiran manusia dapat dihimpun) hanya bersifat sementara dan berubah-ubah, tidak mutlak (Goble, 1987 : 46). Fungsi ini, dalam batas-batas tertentu, perlu dipertahankan, tetapi harus dikombinasikan dengan fungsi-fungsi sosial yang lebih luas, yakni membantu subjek didik untuk memadukan informasi-informasi yang terpecah-pecah dan tersebar ke dalam satu falsafah yang utuh. Sebagai penengah, pendidik harus mengetahui dimana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik.Dengan perolehan informasi pengetahuan tersebut, pendidik membantu subjek didik untuk mengembangkan kemampuannya mereaksi dunia sekitarnya. Dari deskripsi di atas terlihat bahwa indikator dari satu tindakan belajar yang berhasil adalah : bila subjek didik telah mengembangkan kemampuannya sendiri. Adalah tugas pendidik untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi berlangsungnya tindakan belajar secara efektif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor psikologis (Depdikbud, 1985 :11).


1. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik.Material pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik ; juga melakukan gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih kompeks.


Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial, juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalu memberikan hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagi proses dan pencapaian hasil belajar yang optimal.


Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental, baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya, pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktor instrumental ini seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.


Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk memulai tindakan belajar.


2. Faktor Psikologis

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.


Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.


2.1. Perhatian

Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.


Strategi pemebelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan instingtif untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di sebalik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.


2.2. Pengamatan

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.


Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan dan pendengaran.


Jika demikian, para pendidik perlu mempertimbangkan penampilan alat-alat peraga di dalam penyajian material pembelajaran yang dapat merangsang optimalisasi daya penglihatan dan pendengaran subjek didik. Alat peraga yang dapat digunakan, umpamanya ; bagan, chart, rekaman, slide dan sebagainya.


2.3. Ingatan

Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.


Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya.


Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.


Hal lain dari ingatan adalah kemampuan menyimpan kesan atau mengingat. Kemampuan ini tidak sama kualitasnya pada setiap subjek didik. Namun demikian, ada hal yang umum terjadi pada siapapun juga : bahwa segera setelah seseorang selesai melakukan tindakan belajar, proses melupakan akan terjadi. Hal-hal yang dilupakan pada awalnya berakumulasi dengan cepat, lalu kemudian berlangsung semakin lamban, dan akhirnya sebagian hal akan tersisa dan tersimpan dalam ingatan untuk waktu yang relatif lama.


Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya. Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial pembelajaran selesai.


Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, hal-hal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.


Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.


2.4. Berfikir

Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2) penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.


Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.


2.5. Motif

Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.


Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang negatif.


Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai teman-temannya.Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.



sumber :  http://www.artikelbagus.com/2012/04/artikel-psikologi-pendidikan.html

Siswa Kawin-kawinan Masuk Media

Apa yang terjadi jika siswa kawin-kawinan masuk media? Jawabannya tergantung siapa sutradaranya, topiknya, dan media apa yang dipakai. Jika sutradaranya siswa sendiri dikhawatirkan topiknya hal-hal mesum, kemudian materinya diunggah ke internet.  Hasilnya memang menghebohkan. Namun demikian, siswa tersebut mungkin akan dikeluarkan dari sekolah dan melekat pada mereka sederet predikat negatif.
                Sementara itu, seandainya saya sutradaranya maka saya usahakan isinya edukatif, mengacu pada silabus-kurikulum, dan kemasannya dalam bentuk media pembelajaran berbasis TIK, maka hasilnya akan lebih baik dan bermakna. Hal ini telah terbukti pada media presentasi pembelajaan saya “Mudahnya Melaksanakan Nikah” (Edisi 2008). Justru media ini mendapat apresiasi yang luar biasa karena keunikannya dan memenangi Juara 1 Tingkat Nasional pada Lomba Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis TIK Kementerian Agama, tahun 2008.
                Bermula dari pengumuman lomba tersebut di website Kemenag, akhirnya saya memutuskan untuk kembali mengikuti tantangan lomba. Segera saya berkolaborasi dengan para guru Fiqih dengan harapan bisa menang kembali. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengangkat topik bahasan Nikah yang ada dalam silabus Madrasah Aliyah. Mengapa? Alasan yang paling mendasar adalah ketiadaan media di pasaran. Di sisi lain, para siswa perlu mengetahui secara jelas tatacara penyelenggaraan nikah. Yang terjadi saat akah nikah di masyarakat umumnya yang menyaksikan adalah para kerabat, khususnya sesepuh pihak pengantin putra maupun putri. Para siswa / remaja biasanya hanya ‘nguping’ di belakang dan tidak bisa menyaksikan langsung prosesi tersebut. Padahal justru merekalah yang akan mengalami prosesi itu dalam waktu relatif dekat.


                Selanjutnya saya kembali bertindak sebagai sutradara dengan melakukan ‘casting’ (pemilihan peran) kepada para siswa yang akan saya jadikan calon pengantin putra maupun putri, serta para bapak-ibu guru sebagai wali, modin, penghulu, dan lain-lain. Pengantin sengaja saya carikan yang paling ganteng dan paling cantik. Sementara itu, bapak-ibu guru bidang studi agama langsung berperan sebagai pemeran di atas.
                Agar perfect saya menggunakan lokasi di aula nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Sidoarjo yang biasanya dipakai untuk prosesi akad nikah. Ternyata kami diijinkan. Kami juga mendapat bimbingan dan arahan dari para staf KUA tentang tatacara akad nikah yang benar. Akhirnya pengambilan gambar kami lakukan ditempat tersebut hingga selesai.
                Proses berikutnya adalah penyusunan paparan materi yang harus disampaikan dalam media. Dalam hal ini saya selalu berkonsultasi dengan guru-guru agama, khususnya Fiqih. Proses pengisian suara tambahan melalui ‘dubbing’ juga berjalan lancar. Saat editing dan finishing multimedia, kami tidak menghadapi kesulitan yang cukup berarti karena sudah memiliki pengalaman sebelumnya dalam membuat projek media presentasi pembelajaran.
                Saat proses penjurian oleh seorang profesor pendidikan dan dua doktor bidang multimedia dan pembelajaran, media kami diberikan apresiasi terbaik (Juara 1). Ternyata menciptakan yang baru dari yang belum pernah ada, paduan serasi antara teks, gambar, suara, music, serta keunikan media memiliki nilai tambah dibandingkan dengan karya-karya peserta lomba lainnya yang sama-sama memiliki keunggulan.
                Karena keunggulan media dengan topik inilah kemudian media pembelajaran ini diminta Kantor Kementerian Agama untuk dijadikan media “suscatin” (kursus calon pengantin) bagi pasangan calon pengantin yang akan menikah. Jadi, mereka yang mau menikah harus melihat media ini dulu.
Akhirnya saya berkesimpulan bahwa kreativitas lah yang harus dimaksimalkan dalam merancang media yang bermakna. Kita bisa membuat media dengan topic apa pun namun harus mengacu pada nilai pendidikan dan kualitas estetika media.
Semoga bermanfaat.
 
 
sumber :  mistersartono@gmail.com
atau
massartono@gmail.com

Belajar untuk Memaafkan

Kebetulan saat ini kita tengah berada pada bulan Ramadhan, masa menjalankan ibadah berpuasa bagi umat Islam. Dari
pengamatan saya, dalam kebanyakan budaya kita masa ini senantiasa diiringi dengan acara saling memaafkan, baik
sebelum mulai menjalani puasa maupun pada saat Lebaran nanti.

Meski demikian, apa benar hanya pada masa-masa ini saja kita bisa memaafkan? Bukankah sesungguhnya dalam hidup
sehari-hari kita juga sering terlibat dengan tingkah laku yang satu ini? Sebagai contoh, mari kita simak beberapa
pertanyaan berikut.

Ada seorang istri bertanya, ”Mungkinkah saya memaafkan suami saya yang sudah berselingkuh? Sama sekali saya tidak
menyangka dia tega melakukan hal itu kepada saya.” Seorang yang lain mengatakan, ”Bagaimana cara saya memaafkan
kesalahan ayah saya yang sering memukuli saya dengan ikat pinggangnya waktu saya masih kecil.”

Pertanyaan lain, ”Pacar saya sering sekali terlambat datang, tidak sesuai dengan janji. Sekali dua kali, ya, saya bisa
memaafkan, tetapi kalau terus-terusan?”

Arti maaf

Dari jawaban umum, kita bisa mengartikan memaafkan sebagai mengampuni kesalahan, tidak mendendam, memberi
remisi, atau pembebasan .

Secara psikologis, memaafkan merupakan proses menurunnya motivasi membalas dendam dan menghindari interaksi
dengan orang yang telah menyakiti sehingga cenderung mencegah seseorang berespons destruktif dan mendorongnya
bertingkah laku konstruktif dalam hubungan sosialnya (Cullough, Worthington, Rachal, 1997).

Dari contoh pertanyaan-pertanyaan di atas terlihat banyak kejadian menyakitkan hati akibat dicaci, dibohongi, ditipu, atau
dikhianati orang lain, yang membuat kita sering sulit memberi maaf. Mengapa?

Fiksi

Menurut Janis Spring (1996), ada lima anggapan keliru tentang memaafkan yang mungkin membuat kita berhenti belajar
melakukannya.

1. Pemaafan terjadi secara total dan sekaligus.

2. Ketika Anda memaafkan, perasaan negatif terhadap orang lain berganti menjadi perasaan positif.

3. Ketika memaafkan seseorang, Anda mengakui perasaan negatif Anda padanya adalah salah atau tak dapat dibenarkan.

4. Bila Anda memaafkan, Anda tidak akan mendapat imbalan apa pun.

5. Bila Anda memaafkan seseorang, Anda melupakan luka hati Anda.

Dengan memercayai fiksi-fiksi tersebut, maka sepertinya tingkah laku memaafkan jauh untuk bisa kita jangkau dan
membuat kita jadi berpikir hanya orang suci atau nabilah yang dapat melakukannya karena harus dilakukan tanpa syarat,
secara total, dan dengan cara mengorbankan diri pribadi.

Fakta

Padahal menurut Spring, ahli psikologi klinis dari Yale University, AS, memaafkan bukanlah tindakan yang bersih murni
dan tidak mementingkan diri sendiri. Memaafkan adalah bagian dari proses yang dimulai ketika kita berbagi rasa sakit hati
setelah peristiwa menyakitkan berakhir dan akan berkembang begitu kita punya pengalaman mengoreksi diri, yang
membangun kembali rasa percaya dan keakraban terhadap orang lain.

Untuk memperbaiki dugaan keliru tadi, kita perlu melihat kenyataan yang sesungguhnya terjadi pada kita sebagai
manusia biasa agar dapat lebih mudah belajar memaafkan kesalahan.

Fakta 1. Proses memaafkan selalu berlangsung perlahan dan berlanjut sepanjang hubungan kita dengan orang tersebut.
Mungkin saat ini kita hanya dapat memaafkan kesalahan seseorang sebanyak 10 persen, dan begitu kita membina
hubungan kembali kita mungkin dapat menambah dengan 70 persen, tetapi tak pernah lebih banyak lagi.

Hal di atas sah-sah saja. Kita tak perlu menjadi orang baik bila kita memaafkan secara total, kita juga tak perlu menjadi
jahat bila tak bisa melakukannya. Kita hanya dapat memberi apa yang mampu kita berikan dan apa yang orang lain
peroleh.

Fakta 2. Beberapa orang mungkin bertahan untuk memaafkan karena melihatnya sebagai ”penghentian
permusuhan/dendam”, suatu kondisi di mana kepahitan lenyap digantikan rasa cinta dan kasih. Padahal sebenarnya tak
ada orang mampu mencapai kondisi seperti itu.

Dalam hidup, luka psikis tak pernah sepenuhnya sembuh atau menghilang, ataupun secara ajaib digantikan hal positif
lain. Yang benar, seperti halnya cinta yang matang, memaafkan membolehkan adanya pertimbangan serempak antara
perasaan yang bertentangan, gabungan dari rasa benci dan cinta.

Bila kita memaafkan, kebencian kita tetap ada, tetapi diimbangi dengan kenyataan orang yang menyakiti tidaklah begitu
buruk ataupun kita yang telah sangat naif.

Fakta 3. Sebenarnya, dengan memaafkan bukan berarti kita mengingkari kesalahan pelaku atau ketidakadilan yang telah
terjadi, tetapi hanya membebaskannya dari ganti rugi (retribusi).

Fakta 4. Beberapa orang tak mau memaafkan karena berpikir, ”Mengapa saya harus membebaskan seseorang dari
kewajiban memperbaiki kesalahannya?”

Padahal, dengan memaafkan tidak berarti kita lemah atau harus membuat orang lain jadi tidak bertanggung jawab. Bila
tujuan kita berekonsiliasi, memaafkan memerlukan penebusan dari pelaku. Pemaafan yang sesungguhnya tak bisa
diberikan sampai pelaku membayarnya melalui pengakuan, penyesalan, dan penebusan.

Fakta 5. Yang benar, bagaimanapun orang yang disakiti tak pernah akan lupa seperti apa kita telah diperdaya atau
dikhianati, apakah kita memaafkan atau tidak.

Setelah bertahun-tahun berlalu, kita akan tetap bisa mengingatnya, tetapi hanya sebagai bagian dari suatu
gambaran/potret yang juga melibatkan masa-masa kebersamaan lain yang lebih positif dengan pelaku.

Salam hangat.

Oleh: Agustine Dwiputri, psikolog
Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/09/21/01405582/belajar.untuk.memaafkan

"Mahaguru" dan "Mahasiswa"

Saya bertanya kepada teman-teman pengajar yang bersikap kritis kepada pemimpin di Universitas Indonesia, di tengah sikap diam, ketidakpedulian, dan tekanan. Jawabnya: mereka bukan manusia sempurna, tetapi sebagai guru akan terus mencoba mengajarkan yang baik kepada mahasiswa.
Perguruan tinggi diisi oleh kumpulan ”mahaguru” yang mendidik ”mahasiswa”, punya amanah besar mencerdaskan manusia yang sekaligus berhati nurani tinggi. Tata kelola yang baik menjadi prasyarat komunitas akademik yang sehat, yang memungkinkan dikembangkannya pengetahuan, bukan untuk kepentingan sendiri atau mendukung status quo, melainkan untuk memajukan peradaban dan kemanusiaan.
Berdasarkan penelitian mengenai kecenderungan global pengelolaan pendidikan tinggi (Fielden, 2008), di negara-negara tempat tata kelola pendidikan tinggi berjalan baik, ada protokol atau petunjuk tata kelola yang wajib diikuti. Protokol menjelaskan peran dan tanggung jawab dewan pengurus serta eksekutif, nilai-nilai dan kode etik, delegasi kekuasaan, transparansi, serta manajemen risiko dan prosedur pengendalian kualitas (Henard, 2009).
Jacob and Rust (2010) melaporkan Lokakarya Internasional Reformasi Pendidikan Tinggi yang membahas tanggung jawab institusi dan sosial dari pendidikan tinggi, pengelolaan anggaran sekaligus peningkatan akuntabilitas, serta penetapan prinsip tata kelola yang baik. Tata kelola yang baik menyangkut koordinasi, alur informasi, transparansi dan akuntabilitas. Tercakup di dalamnya partisipasi aktif dari komunitas dan pemangku kepentingan.
Psikologi ”hal buruk”
Kita harus mengupayakan yang baik justru karena beberapa studi membuat kita mengerti mengenai ”psikologi hal buruk”. Transformasi karakteristik manusia dari ”baik” menjadi ”buruk” cepat terjadi apabila manusia ditempatkan dalam situasi buruk dan tidak manusiawi (Zimbardo, 1973), mengalami tekanan sosial (Arendt, 1963), atau takut pada tokoh otoritas dan memilih patuh meski harus menyakiti orang lain (Milgram, 1963, 1974).
Penelitian juga menunjukkan betapa besar peran dari pengamat. Pengamat yang tahu terjadinya kesalahan, tetapi diam saja karena berbagai alasannya, pada akhirnya membiarkan, bahkan memfasilitasi hal-hal buruk untuk tetap terjadi. Temuan di atas dapat menjelaskan bagaimana fakta buruk ditutupi, kebohongan, kecurangan, pemutarbalikan fakta, kompetisi tidak sehat, dan penyelewengan kekuasaan terus terjadi serta dibiarkan.
Mengapa orang banyak diam, penjelasannya ada pada antisipasi risiko. Zimbardo menjelaskan, ada kebaikan yang tidak berisiko (misalnya punya uang lalu memberi beasiswa). Ada pula yang berisiko, yang perlu perjuangan khusus untuk melakukannya. Contohnya, kita melihat kebohongan dan penyelewengan di tempat kerja kita serta ingin mengungkapkannya.
Yang belakangan sepertinya sangat langka di Indonesia. Risiko terberat mungkin justru sikap sinis dari lingkungan sekitar: mau sok pahlawan? Memang kamu sendiri orang suci? Kok tega mengungkap persoalan internal ke luar? Atau lebih parah lagi: terlempar dalam situasi konyol sebagai ”whistle blower” kemudian dikriminalisasi. Maka, orang lebih memilih diam atau, sekaligus saja, mendukung yang sedang berkuasa. Argumentasi pembenaran dapat dikembangkan: mengkritik yang mengungkap ketidakberesan sebagai mencoreng nama institusi, mengklaim diri ”obyektif” dan ”netral” (meski jelas menguntungkan status quo), atau merasa sudah bertindak benar sesuai dengan undang-undang atau peraturan.
Mengupayakan yang baik
Bagaimana mengupayakan yang baik? Ya melalui tata kelola yang baik. Lembaga-lembaga yang ada sebenarnya mikrokosmos Indonesia. Yang terjadi di dalamnya menjadi cermin apa yang berlangsung di negara kita. Sepertinya banyak pemimpin merasa lembaga yang dia pimpin adalah ”milik”-nya atau setidaknya punya privilese jauh lebih besar dari pekerja biasa sehingga boleh melakukan apa pun untuk menguntungkan diri. Meski di Indonesia sedikit pemimpin dapat diteladani, tentu ada pemimpin baik. Pada akhir tahun 2011, ada berita menyejukkan mengenai beberapa pejabat publik yang berani mengundurkan diri, juga Pak Jokowi yang memberi teladan nyata bagaimana menghargai dan memotivasi generasi muda untuk menjadi generasi pencipta.
Pemimpin itu guru, dan guru seyogianya menjalankan amanah sebagai guru. Kata Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di depan harus dapat memberikan teladan yang baik; di tengah aktif bekerja sama (tidak cuma menyuruh-nyuruh); dan dari belakang mampu mengarahkan serta memotivasi.
Universitas Indonesia juga mikrokosmos Indonesia. Sebagai barometer pendidikan tinggi, wajib memimpin dalam menciptakan iklim yang mendukung terbentuknya kejujuran dan watak pengabdian (Fuad Hassan, 1981). Apabila yang terjadi justru sebaliknya, harus belajar di mana lagi generasi muda tentang etika?
Inti persoalan bukan perbedaan interpretasi peraturan atau elite berebut kekuasaan. Di balik pembangunan fisik besar-besaran yang sangat dikagumi kalangan luar, ada ketidakberesan tata kelola. Tidak ada transparansi, akuntabilitas, dan pengawasan terkait dengan uang serta keputusan-keputusan penting pemimpin. Malah peraturan pemerintah sengaja diinterpretasi secara tidak utuh untuk berkelit dari pertanggungjawaban. Lalu bagaimana bisa bicara tentang ”kebenaran, kejujuran, dan keadilan” dalam membangun pengetahuan? Pembelajaran apa yang diperoleh mahasiswa apabila mahagurunya membiarkan kebohongan, tidak punya kepekaan sosial, serta tidak menunjukkan ”satu kata dan perbuatan”?
Pada akhirnya, meminjam frasa beberapa teman: ”kita boleh (dinilai) gagal dalam (banyak) hal, tetapi tidak boleh gagal menjadi orang baik sesuai nilai-nilai yang kita perjuangkan”. Selamat Tahun Baru, semoga tahun ini diisi lebih banyak kerendahan hati sekaligus keberanian mengambil risiko untuk memperjuangkan kebaikan.
Oleh: Kristi Poerwandari